Bab 3-Bahaya Fasis Muncul di Jerman

Diambil dari “Perubahan dalam Komunis Internasional dan Situasi di Jerman”, 1930.


Pemberitaan resmi Komintern menggambarkan hasil dari pemilu di Jerman (September 1930) sebagai sebuah kemenangan besar bagi Komunisme, yang semakin menggelorakan slogan Soviet Jerman. Kaum optimis birokratis tidak bercermin pada pengertian dari hubungan kekuatan yang terlihat dari statistik pemilu. Mereka meilhat naiknya pemilih Komunis secara terpisah dengan tugas-tugas revolusioner dan halangan-halangan yang muncul. Partai Komunis menerima sekitar 4,600,000 suara dibandingkan dengan 3,300,000 pada tahun 1928. Dari cara pandang mekanisme parlementer ‘normal’, peraihan 1,300,000 suara adalah signifikan, bahkan jika kita memperhitungkan naiknya jumlah total pemilih. Tapi prestasi partai ini akan memudar jika kita memperhatikan kenaikan fasisme dari 800,000 menjadi 6,400,000 suara. Hal yang tak kurang penting untuk dievaluasi adalah kenyataan bahwa kubu Sosial Demokrasi, lepas dari kekalahan-kekalahan substansial mereka, tetap mampu mempertahankan kader-kader utama mereka dan masih menerima suara yang besar dan patut diperhitungkan dari buruh (8,600,000) dibandingkan dengan partai Komunis.

Sementara itu, jika kita harus bertanya pada diri kita sendiri, ‘kombinasi keadaan internasional dan domestik apa yang mampu membelokkan kelas pekerja ke Komunisme dengan kecepatan yang lebih hebat?’ kita tidak dapat menemukan keadaan yang lebih tepat selain situasi di Jerman dewasa ini: Young’s Noose, krisis ekonomi, disintegrasi pemerintahan, krisis parlementarianisme, mendekatnya kalangan Sosial Demokrasi pada kekuasaan. Melihat keadaan historis ini, daya tarik dari Partai Komunis Jerman dalam kehidupan sosial bangsa, lepas dari peraihan 1,300,000 suara, secara proporsional bisa dibilang cukup kecil.

[Catatan: ‘Young’s Noose’: sebuah referensi pada “Young Plan”. Owen D. Young, seorang pelaku bisnis kenamaan Amerika, yang merupakan Agent-General bagi perbaikan Jerman selama 1920-an. Dimusim panas 1929, dia menjadi ketua dari sebuah konferensi yang mengadopsi rencananya untuk menggantikan Dawes Plan yang tidak sukses demi ‘memfasilitasi’ pembayaran Jerman terhadap perbaikan-perbaikan seperti yang tercantum dalam perjanjian Versailles.]

Kelemahan dari posisi Komunisme, yang tanpa bisa dipungkiri bersumber pada kebijakan rezim Komintern, akan terlihat lebih jelas jika kita mau membandingkan pengaruh sosial Partai Komunis dengan tugas-tugas konkrit dan strategi yang sejarah telah bebankan padanya.

Partai Komunis sendiri tak mengharapkan pencapaian semacam itu. Ini membuktikan bahwa kepemimpinan partai-partai Komunis tak menggunakan kekuatannya untuk tujuan-tujuan dan pemikiran-pemikiran besar ketika mereka dalam hempasan kesalahan dan kekalahan. Kalau kemarin mereka mengabaikan kesempatan-kesempatannya yang mereka punyai, kali ini mereka malah meremehkan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Akibatnya, ancaman menjadi semakin bertumpuk-tumpuk.

Padahal, karakter pertama dari partai yang benar-benar revolusioner adalah mampu untuk melihat realitas yang ada di depannya.

***

Dalam rangka menggiring krisis sosial ke revolusi proletar, adalah penting untuk memastikan terjadinya, disamping kondisi lainnya, pergeseran kaum borjuis kecil kepada kepemimpinan proletar. Ini akan memberikan kesempatan bagi proletar untuk menempatkan dirinya pada garda depan bangsa sebagai pemimpin.

Pemilu yang terakhir memperlihatkan sebuah pergeseran ke arah yang berbeda. Di bawah hantaman krisis, kaum borjuis kecil berbelok, tidak dalam gelombang revolusi proletar, tapi di bawah pimpinan reaksi imperialis yang paling ekstrem, yang menarik juga gerbong-gerbong massa proletar yang patut diperhitungkan di belakangnya.
Pertumbuhan gigantik dari Sosialisme Nasional adalah sebuah ekspresi dari dua faktor: krisis sosial yang mendalam, yang melemparkan massa borjuis kecil dari stabilitas, dan tidak adanya partai revolusioner yang dianggap oleh massa rakyat sebagai pemimpin revolusioner yang bisa diterima oleh mereka. Jika partai Komunis mampu menjadi partai pengharapan revolusioner, maka fasisme, sebagai sebuah gerakan massa, menjadi partai penderitaan kontra-revolusioner. Saat pengharapan revolusioner merengkuh seluruh massa proletar, bagian-bagian borjuis kecil yang tumbuh dan dalam jumlah yang patut diperhitungkan akan terseret ke arah jalan revolusi. Dalam lingkup ini, pemilu secara jelas memperlihatkan gambaran yang berlawanan: kaum kontra-revosioner merangkul borjuis kecil dengan kekuatan sama yang menyeret banyak massa proletariat ...

Fasisme di Jerman benar-benar telah menjadi ancaman yang nyata; sebagai ekspresi akut dari posisi rezim borjuis yang tak tertolong lagi, peranan konservatif dari Sosial Demokrasi dalam rezim ini, dan ketidakberdayaan dari partai Komunis untuk mengenyahkannya. Siapapun yang menolak fakta ini adalah buta atau pembual belaka....

Bahaya tersebut menjadi semakin akut dalam hubungannya dengan tempo perkembangan kriris, yang tidak bergantung pada kita semata. Kurva politik seperti yang terlihat dari hasil pemilu menunjukkan fakta bahwa tempo perkembangan krisis nasional dapat berubah menjadi sangat cepat. Dengan kata lain, rentetan-rentetan kejadian penting dalam waktu yang tak lama lagi dapat hadir kembali di Jerman, dalam jalan historis yang baru, kontradiksi usang antara kematangan situasi revolusioner, pada satu pihak, dan kelemahan serta impotensi partai revolusioner, pada lain pihak. Ini harus dibeberkan secara jelas, terbuka dan, terutama, tepat pada waktunya.

***

Dapatkah kekuatan perlawanan konservatif buruh Sosial Demokratik diprediksi sebelumnya? Tidak. Berdasarkan kejadian-kejadian tahun lalu, kekuatan ini semakin meraksasa. Sebenarnya, faktor yang paling membantu penggelembungan Sosial Demokrasi adalah kebijakan Partai Komunis yang salah, yang menemukan generalisasi tertingginya dalam teori absurd sosial fasisme. Untuk menghitung perlawanan nyata garis sosial demokratik, dibutuhkan instrumen penghitungan yang berbeda, yaitu, taktik Komunis yang benar. Lewat cara ini– dan ini bukanlah hal yang remeh– tingkatan penyatuan internal dari Sosial Demokrasi dapat dihitung dalam sebuah periode yang terhitung singkat.

Apa yang baru dijelaskan di atas dapat diaplikasikan pada kasus lain, fasisme: fasisme bersumber, terlepas dari kondisi-kondisi lain yang hadir, dalam kekacauan strategi Zinoviev-Stalin. Di manakah letak kekuatan serangnya? Dimanakah letak stabilitasnya? Sudahkan dia mencapai titik kulminasi, sebagaimana yang kaum ex-officio optimis [Komintern dan pejabat-pejabat Partai Komunis] percayai, atau apakah ini barulah langkah pertama dari jenjang yang ada? Hal-hal tersebut tidak bisa diprediksi secara mekanis. Kesemuanya hanya bisa ditentukan lewat aksi. Menyadari ancaman fasisme, yang merupakan pisau di tangan kelas musuh, kebijakan yang salah dari Komintern dapat menghasilkan hasil-hasil fatal dalam waktu singkat. Di lain pihak, kebijakan yang benar – meski tidak dalam periode sesingkat itu, bisa melumpuhkan posisi fasisme....

[CATATAN: "Strategi Zinoviev-Stalin ": Gregory Y. Zinoviev (1883-1936), ketua Komintern mulai dari pembentukannya di tahun 1919 sampai pemecatannya oleh Stalin pada tahun 1926. Setelah kematian Lenin, Zinoviev dan Kamenev membikin sebuah blok dengan Stalin (Troika) melawan Trotsky dan mendominasi partai Soviet. Pada masa dominasi Zinoviev-Stalin dalam Komintern, garis oportunis telah menggiring gerakan pada kekalahan demi kekalahan dan pelewatan kesempatan-kesempatan yang berharga. Yang paling perlu diperhitungkan adalah penundaan revolusi Jerman pada 1923. Setelah berpisah dengan Stalin, Zinoviev menyatukan pengikutnya dengan Oposisi Kiri Trotskyist. Tetapi pada 1928, setelah pemecatannya dari partai Oposisi Persatuan, Zinoviev kembali ke Stalin. Setelah diterima kembali oleh partai, dia ditendang lagi di tahun 1932. Mengingkari semua pandangan-pandangan kritisnya, dia diterima lagi, tapi di tahun 1934, dia dikeluarkan dan dipenjara. Dia ‘mengaku’ dalam Pengadilan Moscow pada tahun 1936 dan dieksekusi.]

Jika partai Komunis, lepas dari beberapa keadaan yang menguntungkan, terbukti tak berdaya mengguncang struktur kubu Sosial Demokrasi dengan bantuan formula sosial fasisme, maka fasisme yang riil akan mengancam struktur tersebut, tak lagi dengan formula muluk-muluk yang disebut radikalisme, tetapi dengan formula kimia yang menghasilkan ledakan-ledakan. Tak peduli seberapa benar pendapat bahwa Sosial Demokrasi melalui kebijakannya mengkondisikan mekarnya fasisme, tetapi kenyataaan bahwa fasisme datang sebagai ancaman mematikan terutama bagi kubu Sosial Demokrasi, yaitu mereka-mereka yang kebesarannya ditopang oleh bentuk-bentuk pasifis demokratik parlementer dan metode-metode pemerintah, juga tidak kurang benar...

Kebijakan front persatuan para buruh dalam melawan fasisme mengalir dari situasi ini. Ini memberikan kesempatan yang luar biasa bagi Partai Komunis. Tapi kondisi untuk kemenangan harus diwujudkan dalam bentuk penolakan terhadap teori dan praktek dari sosial fasisme, yang kesalahannya menjadi tanda positif dalam keadaan saat ini.
Krisis sosial tanpa bisa ditolak menghasilkan perpecahan-perpecahan yang mendalam dalam Sosial Demokrasi. Radikalisasi dari massa akan mempengaruhi kubu Sosial Demokrat. Kita harus membikin persetujuan dengan berbagai organisasi-organisasi Sosial Demokratik dan faksi-faksi yang melawan fasisme dengan menaruh prasyarat-prasyarat yang jelas atas hubungan ini pada para pemimpin dan di hadapan penilaian massa.... Kita harus segera meninggalkan segala omong kosong dan mulai melihat kembali kebijakan front persatuan seperti yang pernah diformulasikan oleh Lenin dan selalu diterapkan oleh Bolshevik di tahun 1917.

No comments: