Bab 8-Apakah Kaum Borjuis Kecil Takut Pada Revolusi?

Diambil dari “Kemanakah Arah Prancis?”, 1934

Kretin-kretin parlementer, yang menganggap dirinya sebagai ahli tentang masyarakat, seringkali berkata:

"Masyarakat tak perlu takut kelas menengah akan mengadakan revolusi. Mereka tidak suka ekstremitas".

Penegasan di atas adalah salah sama sekali. Secara alami, tuan tanah kecil memilih untuk tenang-tenang saja selama bisnis berjalan baik dan dia masih berharap bahwa masa depan akan menjadi lebih baik.

Tetapi saat harapan ini hilang, dengan mudah dia akan marah dan bersiap untuk mengambil tindakan-tindakan yang paling ekstrem sekalipun. Jika tidak, bagaimana mereka mampu untuk menjungkalkan negara demokratis dan membawa fasisme pada kekuasaan di Italia dan Jerman? Kaum borjuis kecil yang menderita melihat bahwa di dalam fasisme, yang terpenting dari semuanya, kekuatan penghancur dalam melawan modal besar, dan percaya bahwa, tak seperti partai-partai kelas pekerja yang hanya melawan melalui kata-kata saja, fasisme akan menggunakan kekuatannya untuk membangun ‘keadilan’ yang lebih baik. Petani dan partisan ditinjau dari kebiasaannya bersifat realistis. Mereka memahami bahwa seseorang tak akan bisa bertindak tanpa penggunaan kekuatan.

Adalah salah, bahkan sangat salah, untuk menyatakan bahwa kaum borjuis kecil tidak akan berpihak pada partai-partai kelas pekerja karena mereka takut terhadap ‘tindakan-tindakan ekstrem’. Kenyataannya cukup bertolak belakang. Kaum borjuis kecil rendahan, massa kelas menengah yang besar, hanya melihat partai-partai kelas pekerja sebagai mesin-mesin parlementer. Mereka tidak mempercayai kekuatannya sendiri, kapasitas mereka untuk berjuang, dan juga kesiapan mereka pada saat ini untuk membawa perjuangan sampai ke titik akhir.

Dan jika keadaannya seperti itu, apakah masih penting usaha-usaha untuk menggeser wakil-wakil kapitalis demokratis dengan wakil-wakil partai kiri di parlemen? Itulah yang dipertanyakan dan dirasakan para tuan tanah kecil yang kecewa, dihancurkan, dan setengah tereksploitasi. Tanpa sebuah pemahaman pada psikologi para petani, partisan, para pekerja dan fungsionaris rendahan, dan lain-lain – psikologi yang datang dari krisis sosial – adalah tidak mungkin untuk mengelaborasi sebuah kebijakan yang benar. Kaum borjuis kecil secara ekonomis bersifat dependen dan secara politis teratomisasi. Karena itulah mereka tak mampu membikin sebuah kebijakan yang independen. Mereka butuh seorang ‘pemimpin’ yang memberikan inspirasi dengan penuh rasa percaya. Kepemimpinan individual atau kolektif ini, seperti public figure atau partai, ditawarkan kepada mereka oleh kelas fundamental lainnya – baik kaum borjuis besar ataupun proletar. Fasisme melepaskan dan mempersenjatai massa yang porak-poranda ini. Dari massa yang banyak itu, mereka mengorganisasi kelompok-kelompok tempur. Ini memberikan ilusi bagi kaum borjuis kecil bahwa mereka adalah kekuatan yang independen. Mereka mulai membayangkan bahwa mereka benar-benar akan memerintah negara. Tidak mengherankan jika ilusi-ilusi dan harapan-harapan tersebut mampu memalingkan kepala borjuis kecil dari kaum proletar!

Sebenarnya kaum borjuis kecil juga dapat menemukan seorang pemimpin dalam kubu proletar. Hal ini dapat dibuktikan dalam kasus Rusia dan sebagian Spanyol. Di Italia, Jerman, dan di Austria, kaum borjuis kecil sebenarnya tergiring ke arah yang sama. Tapi partai-partai proletar lokal tak mampu mengemban tugas sejarahnya.

Untuk menggiring kaum borjuis kecil ke pihaknya, kaum proletar harus memenangkan kepercayaan borjuis kecil. Dan untuk itu proletar haruslah mampu untuk mempunyai kepercayaan pada kekuatannya sendiri lebih dahulu.

Mereka juga harus memiliki program aksi yang jelas dan harus siap untuk merebut kekuasaan dengan semua alat yang memungkinkan. Dipersiapkan oleh partai revolusioner untuk perjuangan yang menentukan dan tak kenal ampun, kaum proletar harus mengajak petani-petani dan borjuis kecil kota:

“Kami berjuang untuk merebut kekuasaan. Inilah program-program kami. Kami siap untuk mendiskusikan perubahan-perubahan dalam program kita. Kami akan menggunakan kekerasan hanya untuk kaum borjuis besar dan antek-anteknya, tetapi dengan anda sang pekerja keras, kami ingin membangun suatu aliansi dengan berdasar pada dasar-dasar program yang disetujui bersama”.

Kaum petani memahami bahasa seperti itu. Hanya saja mereka harus memiliki kepercayaan pada kapasitas proletariat untuk merebut kekuasaan.

Untuk itu diperlukan tindakan untuk membersihkan front persatuan dari semua pendistorsian, keragu-raguan, dan semua frase-frase kosong. Dibutuhkan juga pemahaman terhadap situasi dan penempatan diri pada jalan revolusi.

No comments: