Fasisme: Apa dan Bagaimana untuk Melawannya

----------------------------------------------------------------------------------

Sumber: Fascism: What It is and How to Fight It (1944) Leon Trotsky.

Kompilasi pertama dari pamflet Trotsky melawan Fasisme diterbitkan oleh Pioneer Publishers pada Agustus 1944 dan dicetak kembali oleh penerbit yang sama pada tahun 1964. Kompilasi edisi revisi ini diterbitkan pada April 1969 dan di pindah-mediakan ke dalam Internet oleh Zodiac, mantan direktur Marx-Engels Internet Archive, Agustus 1993. Pamflet ini tidak dilindungi oleh hak cipta.

Penerjemah: Dewey Setiawan

------------------------------------------------------------------------------------


Daftar Isi


Kata Pengantar Edisi 1969—1
Fasisme-Apakah Itu?—6
Bagaimana Mussolini Meraih Kemenangannya—8
Bahaya Fasis Muncul di Jerman—15
Dongeng Aesop—20
Polisi dan Tentara Jerman—21
Borjuis, Borjuis Kecil, dan Proletar—23
Kejatuhan Demokrasi Borjuis—29
Apakah Kaum Borjuis Kecil Takut Pada Revolusi?—31
Milisi Kelas Pekerja dan Musuh-Musuhnya—34
Harapan di Amerika Serikat—45
Bangun Partai Revolusioner!—47


Kata Pengantar Edisi 1969

oleh George Lavan Weissman

Kaum liberal dan bahkan kebanyakan dari mereka yang menganggap dirinya Marxis bersalah atas penggunaan kata ‘fasis’ secara berlebihan seperti yang terjadi hari-hari ini. Mereka mengumbarnya sebagai label atau kutukan politis terhadap, khususnya, figur-figur sayap kanan yang mereka benci, atau terhadap kaum reaksioner secara umum.

Sejak Perang Dunia Kedua, label fasis telah dilekatkan pada figur-figur dan gerakan-gerakan seperti Gerald L. K. Smith, Senator Joseph McCarthy, Senator Eastland, Barry Goldwater, Minutemen, John Birch Society, Richard Nixon, Ronald Reagan, and George Wallace.

Apakah mereka semuanya betul-betul fasis, atau beberapa saja? Jika yang kedua, lalu bagaimana orang bisa membedakannya?

Bebasnya penggunaan istilah fasis menunjukkan kekaburan makna dari istilah itu sendiri. Saat diminta untuk mendefinisikan fasisme, kaum liberal lari ke berbagai istilah lain seperti kediktatoran, nerosis massa, anti Semitisme, kekuatan propaganda jahat, efek hipnotik seorang orator jenius-sinting pada massa dan seterusnya. Impresionisme dan kebingungan kaum liberal bukanlah hal yang terlalu mengherankan. Berbeda dengan Marxisme yang mempunyai keunggulan untuk menganalisa dan membedakan fenomena sosial dan politis. Bahwasanya banyak dari mereka yang mengaku dirinya Marxis tak bisa mendefiniskan fasisme lebih baik dari kaum liberal bukanlah kesalahan mereka seluruhnya. Entah mereka sadar atau tidak, kebanyakn dari warisan tradisi intelektual mereka bersumber dari kubu sosial demokratik (sosialis reformis) dan gerakan-gerakan Stalinis, yang mendominasi kaum kiri di era 1930-an, yaitu pada saat fasisme meraih kemenangan demi kemenangan yang gemilang. Gerakan-gerakan ini tidak hanya mengizinkan Nazisme merebut kekuasaan di Jerman tanpa adanya satu perlawanan yang berarti, namun juga gagal memahami sifat dan daya dorong fasisme and cara untuk melawannya. Setelah kemenangan fasisme, mereka memiliki banyak hal yang harus disembunyikan dan pada gilirannya menarik diri dari usaha untuk membuat analisa Marxis yang, paling tidak, mendidik generasi-generasi sesudahnya.

Sebenarnya terdapat sebuah analisa Marxis tentang fasisme. Analisa ini dibuat oleh Leon Trotsky, bukan sesudah kehancuran Fasisme, namun dalam masa kejayaannya. Ini adalah salah satu sumbangsih Trotsky yang terbesar kepada Marxisme. Dia memulai pekerjaan ini sesudah kemenangan Mussolini di Italia tahun 1922 dan mempergencar usaha itu di tahun-tahun sebelum kemenangan Hitler di Jerman pada tahun 1933.

Dalam usahanya untuk membangkitkan Partai Komunis Jerman dan Komunis Internasional (Komintern) dari ancaman fatal dan menciptakan sebuah Front persatuan melawan Nazisme, Trotsky membuat kritik komprehensif terhadap kebijakan-kebijakan kaum sosial demokratik dan partai-partai Stalinis. Karya ini merupakan peringatan atas posisi bunuh diri, inefektif dan salah yang organisasi-organisasi buruh dapat ambil dalam menghadapi dengan fasisme sebagai akibat dari posisi partai-partai di Jerman yang cuma berkisar dari mulai penarikan diri dan pengkhianatan oportunistik pada pihak kanan (sosial demokratik) sampai kemandulan dan pengkhianatan ultra kiri (Stalinis).

Gerakan Komunis masih dalam kecenderungan ultra kirinya (apa yang disebut sebagai Periode Ketiga) saat gerakan fasis mulai menggelinding bak bola salju. Untuk kaum Stalinis, setiap partai kapitalis secara otomotis adalah ‘fasis’. Yang lebih parah dari tindakn mendisorientasi kelas pekerja semacam ini adalah diktum terkenal Stalin bahwa, bukannya saling bertentangan, fasisme dan sosial demokrasi adalah sama. Kaum sosialis atas dasar itu disebut sebagai ‘sosial fasis’ and dianggap sebagai musuh utama. Sebagai akibat dari langkah ini, pembentukan front persatuan dengan organisasi-organisasi sosial-fasis menjadi tidak dimungkinkan lagi, dan mereka yang menuntut front-front semacam itu, seperti halnya Trotsky, dituduh sebagai sosial fasis dan ditindak sebagaimana layaknya seorang sosial fasis.

Begitu jauhnya garis kaum Stalinis dari kenyataan bisa dilihat dari penerjemahan konsep ini dalam konteks Amerika. Pada pemilu tahun 1932, Stalinis Amerika mengutuk Franklin Roosevelt sebagai kandidat fasis dam Norman Thomas sebagai kandidat sosial fasis. Apa yang lucu dalam konteks politik Amerika Serikat ini menjadi hal yang tragis dalam kasus Jerman dan Austria.

(Baru-baru ini [1969], istilah sosial fasisme mulai muncul lagi dalam artikel-artikel anggota gerakan kiri baru. Apakah mereka yang menggunakan istilah itu berfikir bahwa merekalah yang menciptakannya? Atau, jika mereka sadar akan sejarah, apakah istilah itu kini mempunyai konotasi-konotasi yang berbeda dari sebelumnya?)

Saat Nazi merebut kekuasaan, kaum Stalinis masih menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa garis mereka 100 persen benar, bahwa Hitler hanya dapat bertahan dalam beberapa bulan saja, dan bahwa Soviet Jerman akan bangkit sesudahnya. Batas waktu untuk keajaiban ini ternyata molor dari tiga, enam, sampai sembilan bulan, dan selanjutnya bualan-bualan itu menghilang dalam kebisuan. Tingkat kekalahan yang diderita kelas pekerja, sifat khusus dari fasisme, yang membedakannya dari rezim atau kediktatoran reaksioner lainnya, menjadi semakin nyalang, dan ancaman terhadap Uni Soviet atau kehadiran imperialisme Jerman yang baru dipersenjatai kembali mulai menjadi nyata. Hal ini membawa perubahan dalam garis Moskow di tahun 1935 dan partai-partai Komunis di seluruh penjuru dunia berzigzag jauh ke kanan, bahkan ke posisi kanan kubu sosial demokrat yang mereka kutuk sebelumnya. Ini adalah posisi mereka di hadapan bahaya fasis yang menyebar di Prancis dan Jerman.

Kehancuran militer fasisme Jerman dan Italia dalam Perang Dunia Kedua meyakinkan mayoritas orang bahwa fasisme telah dimusnahkan untuk selamanya dan didiskreditkan sampai titik di mana dia tak bisa menarik pengikut lagi. Peristiwa-peristiwa semenjak itu, khususnya kebangkitan kelompok dan tendensi fasis baru di hampir semua negara kapitalis, telah mementahkan harapan semacam itu. Ilusi bahwa Perang Dunia Kedua dilakukan untuk menjadikan dunia aman dari bahaya fasisme telah lenyap seperti ilusi sebelumnya bahwa Perang Dunia Pertama dilakukan untuk menjadikan dunia aman bagi demokrasi. Bibit fasisme bersifat endemik dalam kapitalisme; sebuah krisis dapat meningkatkannya ke level epidemik kecuali penanganan-penanganan yang drastis diterapkan atasnya.

Karena peringatan awal telah datang, kami menawarkan kompilasi baru ini—kumpulan kecil tulisan terpilih dari Trotsky mengenai fasisme–sebagai sebuah sumbangan bagi gudang senjata anti fasis.

No comments: