Bab 7-Kejatuhan Demokrasi Borjuis

Diambil dari “Kemanakah Arah Prancis?”, 1934

Sesudah perang, serangkaian revolusi-revolusi penuh kemenangan hadir di Rusia, Jerman, Austria-Hungaria, dan selanjutnya di Spanyol. Tetapi hanya di Rusialah kaum proletar merebut kekuasaan penuh di tangannya, menghancurkan penghisapnya, dan tahu bagaimana untuk menciptakan dan mengelola negara pekerja. Di semua tempat lainnya kaum proletar, lepas dari kemenangan mereka, berhenti separuh jalan karena kesalahan kepemimpinan mereka. Akibatnya, kekuasaan lepas dari dari tangan mereka, bergeser dari kiri ke kanan, dan jatuh sebagai korban fasisme. Di negara-negara yang lain, kekuasaan jatuh ke tangan kediktatoran militer. Tak satupun parlemen yang mampu mendamaikan kontradiksi kelas dan menjanjikan perkembangan aksi-aksi damai. Konflik-konflik diselesaikan dengan jalan kekerasan.

Masyarakat Prancis berfikir dalam kurun waktu yang cukup lama bahwa fasisme tak mempunyai urusan apa-apa dengan mereka. Mereka memiliki sebuah republik yang di dalamnya semua pertanyaan dihubungkan dengan orang-orang kuat melalui implementasi hak pilih universal. Tetapi pada tanggal 6 Februari 1934, ribuan kaum fasis and royalis, berperang dengan revolver, tongkat pemukul, dan pisau, memperdaya negara dengan pemerintahan reaksioner Doumergue, yang di bawah perlindungannya kelompok-kelompok fasis terus tumbuh dan mempersenjatai dirinya. Apa yang bisa dipegang untuk hari esok?

[Catatan: Gaston Doumergue: perdana menteri Bonapartist Prancis. Menggantikan Edouard Daladier. Pemerintahan Daladier jatuh sehari sesudah kerusuhan fasis pada tanggal 6 February 1934.]

Tentu saja, di Prancis, seperti juga beberapa negara Eropa tertentu (Inggris, Belgia, Belanda, Swiss, negara-negara Skandinavia), parlemen, pemilihan umum, kemerdekaan demokratis, atau bagian-bagiannya tetap bertahan. Tetapi di semua negara ini, hukum historis yang sama akan berjalan, yaitu hukum kejatuhan kapitalis. Jika alat-alat produksi tetap berada di tangan sebagian kecil kapitalis, tak ada jalan keluar bagi masyarakat. Mereka dikutuk masuk dari satu krisis ke krisis yang lain, dari kebutuhan ke kesengsaraan, dari yang sudah buruk menjadi lebih buruk lagi. Di berbagai negara, kejatuhan dan disintegrasi kapitalisme terekspresi dalam beragam bentuk dan tempo yang tidak sama. Tetapi ciri-ciri dasar dari proses ini adalah sama di mana-mana. Kaum borjuis menggiring masyarakat kepada kebangkrutan penuh. Mereka tak mampu lagi meyakinkan masyarakat, baik tentang roti atau perdamaian. Inilah alasan kenapa mereka tak bisa lagi mentolerir keadaan yang demokratis. Mereka dipaksa untuk menghancurkan para pekerja dan petani melalui penggunaan kekerasan fisik. Namun kekecewaan para pekerja dan petani tidak bisa diselesaikan oleh semata-mata oleh polisi saja. Membuat tentara melawan rakyat juga tak selamanya berhasil. Seringkali pada akhirnya sejumlah besar tentara malah tergiring ke pihak rakyat.

Karena hal itulah kapital keuangan dipaksa membikin kelompok-kelompok tempur khusus, dilatih untuk memerangi para pekerja tak ubahnya anjing yang dilatih untuk berburu. Fungsi historis fasisme adalah untuk memukul kelas buruh, menghancurkan organisasi-organisasinya, dan merampas kemerdekaan politik ketika kaum kapitalis menyadari bahwa mereka tak mampu lagi untuk memimpin dan mendominasi dengan mesin demokrasi.

Kaum fasis mendapatkan sumber daya manusianya pada kaum borjuis kecil. Kaum borjuis kecil telah diruntuhkan oleh modal besar. Tak ada jalan keluar bagi mereka pada kondisi sosial saat ini. Kaum fasis membelokkan kekecewaan, hilangnya martabat, dan kesengsaraan kaum borjuis kecil kepada para pekerja. Fasisme adalah tindakan untuk menempatkan kaum borjuis kecil untuk menyingkirkan musuh kapitalis yang terpahit. Dengan cara ini, kaum pemilik modal besar meruntuhkan kelas-kelas menengah dan karenanya, dengan bantuan demagogi fasis bayaran, memprovokasi kaum borjuis kecil yang menderita untuk melawan para pekerja. Rezim kaum borjuis dapat dipertahankan hanya dengan alat-alat pembunuh seperti demikian. Untuk berapa lama? Sampai mereka digusur oleh revolusi proletar.

No comments: