Tentang Optimisme Revolusioner

Sumber: "On Revolutionary Optimism" (1901)
Penerjemah: Dewey Setiawan
-------------------------------------------------------------------------------------
Dum spiro spero! [Di mana ada hidup, di situ ada harapan!]...Jika saja aku adalah satu dari anggota kerajaan sorga, aku akan melihat dengan ketidaklekatan yang sempurna terhadap bola debu dan lumpur yang menyedihkan ini....Aku akan bersinar kepada kebajikan dan kejahatan tanpa pembedaan....Tapi aku anak manusia. Sejarah dunia yang bagimu, wahai pelahap ilmu pengetahuan, bagimu, wahai kutu buku abadi, hanya sebagai momen remeh dalam perjalanan waktu, bagiku adalah segalanya! Selama aku bernafas, aku akan bertempur untuk masa depan, masa depan gilang gemilang di mana umat manusia, kuat dan indah, akan menjadi tuan pengendali arus sejarahnya sendiri dan akan mengarahkannya menuju ke cakrawala keindahan, kegembiraan dan kebahagiaan yang tak terbatas! ...

Abad 19 telah memuaskan sang optimis dalam banyak segi dan mengkhianati harapannya dalam lebih banyak segi....Ini memaksanya untuk memindahkan kebanyakan dari harapannya ke abad 20. Kapanpun sang optimis dihadapkan pada fakta yang mengerikan, dia berteriak: Apa, dan ini bisa terjadi di gerbang abad 20! Saat dia menggambar lukisan indah masa depan yang indah, dia selalu menempatkannya pada abad ke 20.

Dan sekarang abad itu telah tiba! Apa yang dibawanya di permukaan?

Di Prancis--busa beracun kebencian rasial [referensi terhadap kasus Dreyfus ]; di Austria--perjuangan nasionalis...; di Afrika Selatan--penderitaan masyarakat kecil, yang dibantai kekuatan raksasa [Perang Boer]; di pulau "kebebasan" sendiri--hymne kemenangan bagi kerakusan kelas makelar jingois; "komplikasi" dramatis di timur; pemberontakan-pemberontakan massa yang lapar di Italia, Bulgaria, Rumania....Kebencian dan pembunuhan, kelaparan dan darah....

Seolah-olah abad baru ini, raksasa baru ini, dibelokkan persis pada momen kemunculannya untuk menggiring sang optimis ke dalam pesimisme absolut dan nirwana rakyat.

--Matilah Utopia! Matilah kepercayaan! Matilah cinta! Matilah harapan! hujat abad 20 dalam putaran meriam dan rentetan tembakan.

--Menyerahlah, wahai pemimpi yang menyedihkan. Inilah aku, abad 20 yang lama kau tunggu, masa depanmu.

--Tidak, jawab sang optimis yang tak tertaklukkan: Kau--Kau hanyalah masa kini.

Trotsky, 1901

No comments: